Sebagaimana janji untuk berangkat ke RS Antonius Pontianak bagi Alia Zahra
akhirnya ditunaikan. Rabu, 5 Februari 2014, Alia Zahra berangkat dari Sambas ke
Pontianak. Pukul 12.00 WIB Alia Zahra sampai di Pontianak, langsung merapat ke
RS Antonius. Seperti biasa, harus menunggu, karena dokter datang jauh dari
jadwal yang disediakan. Lelah menanti pun terbayar, dokter yang dicari hadir
membawa kabar, pukul 16.00 sore baru datang, mungkin kesasar #eh.
Aku menunggu hampir setengah hati, seperti menunggu kekasih tak segera
datang. Menyibukan diri mengisi waktu adalah pilihan, namun urung kulakukan;
tidur di kursi tersedia adalah sebaik-baiknya pilihan. Menunggu panggilan
setelah dokter datang, seperti mengantri jatah beras inpres bulog yang masih
kena sortir petugas kelurahan. Dengan Alia, ada dua pasien lainya; bernasib
sama dengan Alia, ingin periksa jantung untuk memastikan tindakan yang harus
diambil. Seorang bayi belum sebulan terbaring dalam incubator, tubuhnya
dipenuhi selang oksigen yang masuk ke dalam hidungnya yang kecil dan mulutnya
yang masih merah, lebih merah dari pipi seseorang yang menahan malu karena
ditegur dimuka umum.
Tiba giliran Alia dipanggil, Alia Zahra begitu panggilan dengan aksen khas
orang hulu. Alia menangis kencang karena sudah punyai perasaan takut kepada
orang asing, diusianya yang baru menginjak 1,4 tahun, Alia sudah menahan beban
sakit pada jantungnya. Bagi kita yang awam, yang penting hasil pemeriksaan,
hingga bertanya saja “bagaimana dok?”.
Dengan lancer dokter menjelaskan bahwa : Begini, ini teramat langka;
jantung Alia Zahra tak punyai bilik sebelah kiri. Sebabnya, darah kotor
bercampur dengan darah bermuatan oksigen, pompa jantung tak lancar Selembar
hasil Echocardiograpy menunjukkan :
1.
Klinis : susp TOF
2.
Right Ventricle tak Nampak
3.
Single Ventricle, normokinetik EF = 87,38%
4. Saran :
Katerisasi Jantung
Alia menangis keras, mungkin saja ia sudah tau apa yang dideritanya. Namun
aku tetap saja tersenyum, memberikan harapan kepada umak Alia, bahwa tak ada
penyakit tanpa obat; sekalipun harus berkali – kali operasi, seperti kata anak
PII (Pelajar Islam Indonesia); “sekali turun ke gelanggang, pantang surut ke
belakang”.
Umak Alia sedikit berkaca – kaca, barangkali terbayang akan lelahnya proses yang kelak akan dilewati oleh Alia Zahra, balita mungil anak semata wayangnya. Namun sudah kupesankan, bahwa segala sesuatunya masih mungkin.
N/B.
Sekiranya ini membuat anda terbuka hati untuk membantu Alia Zahra, sudi kiranya sms ke 085252615026 untuk mengkonfirmasi rekening.
Tag :
Kabar Sambas,
Kegiatan Kami
0 Komentar untuk "ALIA DENGAN JANTUNG TANPA BILIK KIRI"